Jurnal Refleksi Modul 1.4 Budaya Positif
Jurnal
Refleksi Dwimingguan
Modul
1.4. Budaya Positif
Disusun
oleh :
Himmatul
Jamilah, S.Pd., M.Pd – CGP Angkatan 9
SD
Negeri Serua 04 Tangerang Selatan
Diseminasi budaya positif
Jurnal
Refleksi dwimingguan ini dibuat berdasarkan pengalaman selama proses Pendidikan
Guru Penggerak dan modul 1.4 mengenai Budaya Positif yang telah saya baca. Saya menggunakan model
refleksi DEAL ( Decription, Examination
dan articulation of Learning ) yang dikembangkan oleh Ash dan Clayton (2009).
Deskripsi
Akhirnya
saya telah sampai pada modul 1.4 mengenai Budaya Positif, dimana dalam
modul ini dengan alur MERDEKA , diawali dengan membaca mulai dari diri. Guru
mempunyai tanggung jawab menciptakan kebiasaan positif di lingkungan sekolah
bersama warga sekolah. Kebiasaan positif akan melahirkan karakter-karakter yang
baik dari warga sekolah. Karakter inilah yang dapat membentuk sebuah budaya
positif.
Dalam
modul budaya positif , kita mengenal dan memahami motivasi
perilaku manusia, disiplin positif, nilai-nilai
Kebajikan, teori control guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi.
Pemahaman modul ini saya dapatkan dari LMS, forum diskusi bersama fasilitator yang melahirkan pemahaman mengenai materi yang dipelajari. Juga bertukar pikiran dengan sesama calon guru penggerak dalam forum zoom. Hal ini pun, diperkuat lagi dengan Instruktur dalam forum Elaborasi. Materi-materi yang disajikan baik dalam bentuk artikel atau pun video telah memberikan pencerahan, sekaligus kekurangan pada diri bahwa selama ini belum banyak mempraktikkan kebiasaan positif di sekolah.
Budaya positif merupakan perwujudan dari nilai-nilai atau keyakinan universal yang diterapkan di sekolah sehingga dapat membentuk lingkungan positif yang nyaman bagi siswa dalam proses belajar.
Disiplin positif adalah salah satu cara untuk penerapan disiplin yang bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran serta memberdayakan murid tanpa imbalan penghargaan (reward), ancaman atau hukuman. Bertujuan agar siswa menghadirkan motivasi instrinsik dengan mengacu pada kebajikan-kebajikan universal. Karena biasanya siswa melakukan tindakan atau kegiatan adanya dorongan dari lingkungan atau yang lain.
Nilai-nilai Kebajikan yang dapat diterapkan adalah sesuai profil pelajar Pancasila yaitu beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mandiri, bernalar kritis, berkebhinekaan global, bergotong royong dan kreatif. Keenam dimensi ini merupakan gambaran perilaku pelajar yang dapat tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Lingkungan sekolah merupakan faktor utama untuk dapat berperan serta dalam pembentukan karakter siswa dengan budaya positifnya.
Teori kontrol guru yang terbaik adalah sebagai manager, yaitu ketika siswa mendapatkan, penyimpangan perilaku, tidak langsung menghukum atau menasehati, namu mendengarkan keluhannya dengan menempatkan diri berada pada posisi dan keadaan siswa saat itu. Serta memberikan umpan balik bahwa setiap manusia pernah melakukan kekeliruan.
Kebutuhan dasar manusia adalah segala sesuatu yang kita lakukan untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Seluruh tindakan yang dilakukan memiliki tujuan tertentu, dan semua usaha terbaik yang dilakukan adalah dalam rangka agar kebutuhan dasar kita terpenuhi. Jika kita dapat mengidentifikasi apa yang dibutuhkan, maka solusi untuk memenuhi dapat direalisasikan. Kelima kebutuhan dasar manusia antara lain bertahan hidup, kasih sayang, kesenangan, kebebasan dan penguasaan.
Keyakinan kelas merupakan daftar kesepakatan yang dibuat secara bersama-sama dengan seluruh siswa yang mempunyai nilai-nilai kebajikan sebagai upaya penerapan budaya positif di sekolah. Pembentukan karakter murid adalah tanggung jawab guru di sekolah dan harus bersinergi dengan orang tua di rumah. Sehingga keyakinan kelas dapat diimplementasikan pula di kehidupan sehari-hari dalam bentuk budaya positif
Segitiga restitusi adalah suatu proses dalam menangani permasalahan siswa melalui dialog. Bertujuan untuk merubah orang yang gagal karena telah berbuat kesalahan menjadi orang yang sukses. Ada tiga langkah dalam melakukan restitusi antara lain menstabilkan identitas, validasi tindakan yang salah, menanyakan keyakinan. Langkah ini digambarkan dalam bentuk segitiga restitusi untuk penerapan disiplin positif. Melalui segitiga restitusi kita dapat mewujudkan murid yang mempunyai kesadaran untuk bertanggung jawab melalui motivasi instrinsik.
Examination
Dalam modul 1.4 erat kaitannya dengan modul sebelumnya. Menciptakan budaya positif, merupakan bentuk perwujudan dari nilai dan peran guru penggerak di lingkungan sekolah. Peran guru penggerak dalam menggerakan pemimpin pembelajaran, melakukan kegiatan yang berpihak pada murid adalah salah satu upaya menumbuhkan budaya positif agar murid berada di lingkungan belajar yang nyaman, aman, serta mampu menggali potensi dirinya dengan sungguh-sungguh. Berpikir reflektif dan kritis terhadap pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam konteks penerapan Pendidikan di abadi 21. Murid akan menjadi manusia mandiri di zamannya kelak, maka guru hendaklah selalu belajar dan menjadi contoh yang baik bagi warga sekolah.
Articulation
of Learning merupakan proses refleksi dan
pengembangan diri dari modul yang telah dipelajari. Melalui materi dimulai dari pemahaman secara mandiri, diskusi dalam
ruang kolaborasi dan elaborasi, maka dapat mempunyai perencanaan untuk
menerapkan budaya positif dengan pengimbasan kepada warga sekolah. Sebagai
calon guru penggerak, membuka pikiran untuk selalu bekerja sama dimulai dari
kepala sekolah, rekan guru, murid serta komunitas sekolah , adalah langkah awal
menciptakan lingkungan sekolah dengan budaya positif. Tahapan tersebut harus
dapat dilalui dengan kedisiplinan dan ketekunan serta kolaborasi warga sekolah
dan komunitas agar harapan atau visi terhadap murid di masa depan mampu
direalisasikan. Amiin…
Salam
Guru Penggerak
Tergerak
Bergerak dan Menggerakkan
Komentar
Posting Komentar