3.2.a.8. Koneksi Antar Materi – Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya
3.2.a.8. Koneksi Antar Materi – Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya
Oleh : Himmatul Jamilah, S.Pd., M.Pd
CGP Angkatan 9 Kota Tangerang Selatan, Banten
Tujuan Pembelajaran
Khusus:
CGP mampu menghubungkan materi modul ini dengan modul-modul yang didapatkan sebelumnya.
Pada modul 3.2 mempelajari Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya, dimana di awali dengan pemahaman tentang ekosistem yang berada di lingkungan sekolah. Ekosistem merupakan sebuah tata interaksi antara makhluk hidup dan unsur yang tidak hidup dalam lingkungan sekolah. Hal ini kita kaitkan dengan sekolah, yang merupakan satuan Pendidikan dalam mewadahi sebuah komunitas dan faktor yang mendukungnya. Unsur biotik dan abiotik saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga menciptakan hubungan yang bersinergi
Untuk menjadi suatu komunitas yang berdaya guna, ada factor yang mendukung terjadinya interaksi di suatu lingkungan yaitu adanya factor biotik yang terdiri dari murid, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, pengawas, serta peran masyarakat, pemerintah, dinas terkait. Juga adanya factor keuangan, sarana prasarana, dan lingkungan yang merupakan bagian dari faktor abiotik sebuat satuan Pendidikan.
Dalam memusatkan cara pandang ada 2 pendekatan berpikir untuk mengelola
sumber daya, yakni:
1. Pendekatan ABCD (Asset-Based
Community Development)
Atau PKBA (Pengembangan Komunitas Berbasis Aset) merupakan sebuah konsep yang dikembang oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi, bahwa dengan kekuatan berpikir positif,, menggunakan potensi yang dimiliki, akan menghasilkan ketercapaian tujuan yang diinginkan. Pendekatan PKBA menekankan dan mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna.
2.
Pendekatan
Berbasis Kekurangan/ masalah ( Deficit Base Thinking)
Cara pandang dengan melihat kekurangan atau negatif ,
pada apa yang mengganggu, apa yang kurang dan tidak bekerja. Kekurangan yang
ada menjadi pusat perhatian sehingga, tujuan yang diinginkan tidak tercapai
Konsep
7 modal utama di sekolah,
yang perlu dikembangkan dan menjadi kekuatan dalam membangun sebuah satuan
Pendidikan antara lain :
-
Modal manusia -
modal sosial - modal politik
-
Modal fisik -
modal finansial - modal lingkungan
/ alam
-
Modal agama dan budaya
Modal manusia antara lain
- - Kepala sekolah , guru, tenaga kependidikan, komite sekolah, warga masyarakat
- - Pendidikan S1 dan S2, bersertifikasi, dan non sertifikasi
Modal fisik antara lain:
- - Ruang kelas - Kantin -
ruang toilet guru dan siswa
- -Ruang perpustakaan -
Mushola - tempat wudhu
-
Ruang UKS -
ruang TU - tempat parker
motor dan sepeda
-
Ruang Kepala Sekolah -
ruang guru - lapangan untuk
upacara bendera
Modal agama dan budaya antara lain:
-
Adanya budaya 5S setiap pagi hari
-
Bergotong royong membersihkan lingkungan
-
Karakter positif berkunjung dan membaca buku di kelas atau perpustakaan
-
Kegiatan dzikir bersama setiap hari Jum’at
-
Upacara bendera di hari Senin, senam bersama di hari Sabtu
Modal sosial antara lain :
-
Adanya komite sekolah
-
Komite kelas
-
Bekerja sama dalam bergotong royong dengan kelas lain
Modal finansial antara lain:
-
Dana BOS
-
Kas kelas
-
Amal Jum’at
Modal Politik antara lain:
-
Kerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
-
Puskesmas Situ Gintung
-
Perpustakaan Daerah/ Perpustakaan Keliling
-
Lingkungan RW
-
Masjid Jabbal Nur, terdekat dengan sekolah
-
SDN Serua 04, sekolah terdekat
-
Dukungan dari Kepala sekolah dalam sarana prasarana
-
PGRI Ranting dan Gugus
Modal Lingkungan Alam antara lain:
-
Suasana lingkungan yang mendukung perubahan
-
Air bersih tercukupi
-
Ekosistem buatan seperti, kolam ikan, tanaman dalam pot
Seorang pemimpin pembelajaran atau pun pemimpin satuan Pendidikan hendaknya melakukan Pendekatan Berbasis Aset di saat mengambil sebuah Keputusan. Adanya kekuatan yang positif dan mengoptimalkan asset yang ada, memusatkan pikiran pada potensi yang ada di sekiktarnya, dapat menciptakan hasil atau karya yang positif pula. Cara pandang dalam menghadapi permasalahan , maka visi dan misi yang diharapkan dapat tercapai.
“Jelaskan dan berikan contoh bagaimana hubungan pengelolaan sumber daya
yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih
berkualitas. “
Sumber daya yang dimiliki atau dapat
dimanfaatkan oleh sekolah antara lain, kepemimpinan kepala sekolah, hubungan
antar guru dan komite sekolah, serta masyarakat sekitar, finansial sekolah,
kemampuan dan manajemen para guru, program sekolah, budaya positif sekolah,
potensi murid, peralatan yang membantu aktivitas sekolah dan pembelajaran di kelas, kurikulum sekolah.akan
dapat membantu proses pembelajaran murid lebih berkualitas.
Seorang pemimpin pada satuan
Pendidikan memegang peranan penting dalam pengelolaan sumber daya yang
merupakan asset di lingkungan sekolah. Tentunya dengan mengoptmalkan 7 modal
yang ada, dan menggabungkan unsur sikap yang harus dimiliki seorang kepala sekolah,
maka hasil dalam pemberdayaan asset sekolah menghasilkan output yang positif
pula. Visi misi harus dikomunikasikan dalam komunitas sekolah, sehingga dapat
melaksanakan program-program unggulan di
satuan Pendidikan baik jangka pendek maupun jangka Panjang.
“Berikan beberapa contoh bagaimana materi ini juga berhubungan dengan modul lainnya yang Anda dapatkan sebelumnya selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak. “
“Nilai dari Filosofi Ki Hajar Dewantara “
Mengungkapkan bahwa kegiatan menuntun kodrat anak untuk mencapai keselamatan setinggi-tingginya baik sebagai individu maupun anggota masyarakat. Seorang guru harus mengoptimalkan asset yang dimiliki seorang murid, agar terbentuk menjadi insan masa depan. Memperkuat potensi yang ada agar menjadi lebih berdaya guna sesuai zamannya.
“Nilai dan Peran Guru Penggerak”
Sebagai pemimpin pembelajaran, nilai dan peran peran sebagai guru penggerak , harus mampu melakukan berpikir dengan pendekatan berbasis asset untuk menciptaan ruang belajar yang nyaman dan berpihak pada murid. Ini bersinergi dengan nilai dan peran yang mesti dilakukan yaitu mandiri, kolaboratif, reflektif, inovasi, dan berpihak pada murid, sehingga visi dan misi sekolah dan harapan setiap murid untuk masa depan akan tercapai.
“Visi Guru Penggerak”
Pendekatan berbasis Asset digunakan sebagai dasar paradigma Inkuiri Apresiatif (IA) bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. Inti positif ini merupakan potensi dan aset organisasi. Maka dengan konsep ATAP dan BAGJA , guru dapat mengelola asset yang ada , menemukan sisi positif dan menghasilkan masa depan yang sesuai dengan visi misi sekolah.
“Budaya
Positif”
Upaya menumbuhkan dari kekuatan positif sekolah merupakan budaya yang seharusnya dilakukan dalam satuan Pendidikan. Kekuatan yang ada menjadi landasan utama dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Dengan berkolaborasi bersama warga sekolah, dan masyarakat sekitar, memanfaatkan 7 modal yang ada di sekolah, maka budaya positif ini dapat melahirkan karakter positif yang seharusnya dimiliki peserta didik.
“Pembelajaran
Berdiferensiasi”
Merupakan cara pandang seorang guru dalam melihat gaya belajar murid. Hal ini merupakan proses pembelajaran yang mesti dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di sekolah. Berpikir positif untuk menciptakan pembelajaran berdiferensiasi sehingga gaya belajar yang berbeda dari murid dapat terakomodir dengan maksimal.
“Pembelajaran
Sosial dan Emosional”
Sebuah teknik pembelajaran mindfulness yang mesti dilalui guru , agar murid dapat fokus pada tujuan yang hendak dicapai.
“Coaching”
Proses coaching merupakan strategi yang dapat menggali potensi murid agar mereka menemukan dan mampu memaksimalkan cara berpikir positif untuk tujuan yang diinginkan yaitu masa depan yang bermanfaat.
“Pengambilan
Keputusan yang Bertanggung Jawab”
Pemimpin pembelajaran akan menghadapi banyak kasus yang akan berkaitan dengan dilema etika dan bujukan moral. Dalam hal ini , guru atau kepala sekolah dapat mengambil Keputusan dengan melihat nilai-nilai kebajikan universal, agar hasil keputusan dapat bermanfaat setinggi-tingginya untuk murid.
“Ceritakan pula bagaimana hubungan antara sebelum dan sesudah Anda mengikuti modul ini, serta pemikiran apa yang sudah berubah di diri Anda setelah Anda mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini.”
Sebelum mempelajari modul 3.2, saya lebih condong berpikir berbasis
kekurangan. Hal ini yang selalu memunculkan rasa pesimis terhadap hasil akhir
sebuah Keputusan. Namun, setelah saya mempelajari materi di modul ini, saya
mulai mengubah cara pandang dalam berpikir untuk memutuskan sebuah
permasalahan. Memahami 7 modal yang ada di lingkungan sekolah sebagai sumber
daya , yang seharusnya dimaksimalkan
untuk mendapatkan ketercapaian suatu tujuan. Sebagai guru penggerak, akan memberikan
motivasi untuk menumbuhkan kekuatan positif sebagai asset yang dimiliki dapat
mewujudkan tujuan yang diinginkan.
Salam
literasi
Salam
guru penggerak
Tergerak,
Bergerak, dan Menggerakkan
Komentar
Posting Komentar