Jurnal Refleksi Dwi Mingguan modul 2.3
Jurnal
Refleksi Dwimingguan
Modul
2.3.
Coaching Untuk Supervisi Akademik
Disusun
oleh :
Himmatul
Jamilah, S.Pd., M.Pd – CGP Angkatan 9
SD
Negeri Serua 04 Tangerang Selatan
Jurnal
Refleksi dwimingguan ini dibuat berdasarkan pengalaman selama proses Pendidikan
Guru Penggerak dan modul 2.3 mengenai Coaching untuk Supervisi Akademik yang telah saya baca. Saya menggunakan model
refleksi Gaya Round Robin
1. Apa
hal yang paling Anda kuasai setelah pembelajaran hari ini? Mengapa Anda merasa
hal tersebut bisa membuat Anda sangat menguasainya?
Pemahaman tentang coaching saya peroleh setelah
mempelajari modul 2.3. Pada ruang mulai diri, saya merefleksikan perasaan saat di supervisi. Dan hampir semua
yang pernah mengalami, pasti deg-degan. Tahapan eksplorasi konsep , Ada
perbedaan antara konseling, mentoring, dan coaching, fasilitasi, dan
training. Dari sini saya mulai memahami, apa itu coaching sebagai
proses kegiatan dimana coach menstimulasi pemikiran coachee dan
memberdayakannya. Melalui praktik baik di ruang kolaborasi, akhirnya
saya menguasai tentang coaching. Hal ini saya rasakan karena adanya petunjuk
dalam melakukan coaching dengan menggunakan alur TIRTA yaitu menentukan
Tujuan utama, Identifikasi masalah, Rencana aksi, dan Tanggung jawab. Dengan
alur ini, saya mulai menguasai dan memahami, apa yang seharusnya saya lakukan,
ketika ada rekan sejawat atau murid yang mempunyai permasalahan.
Untuk dapat menguasai coaching, maka diperlukan otonom
seorang guru dan perlunya paradigma berpikir coaching. Paradigma
tersebut antara lain :
1) Fokus
pada coachee/rekan yang akan dikembangkan
2) Bersikap
terbuka dan ingin tahu
3) Memiliki
kesadaran diri yang kuat
4) Mampu
melihat peluang baru dan masa depan
Dari keempat
paradigma di atas, saya telah mampu melakukan sesuai dengan tugas seorang coach
kepada coachee. Dan dalam berinteraksi dengan rekan sejawat, murid atau orang
lain, kita harus mempunyai prinsip coaching yang terdiri dari kemitraan, proses
kreatif, dan memaksimalkan potensi. Dalam hal ini, kita membangun keseteraan
dengan coachee untuk mengedepankan tujuan yang diharapkan. Dan saya mampu
menggali potensi yang ada pada coachee, sehingga percakapan dua arah dapat
memaksimalkan kompetensi rekan sejawat serta fokus pada solusi. Kompetensi
inti coaching yang baik yaitu : kehadiran penuh (presence), mendengarkan aktif,
dan mengajukan pertanyaan berbobot.
Hasil dari
pertanyaan berbobot dari mendengarkan aktif adalah RASA yang
diperkenalkan oleh Julian Treasure. RASA merupakan akronim dari Receive,
Appreciate, Summarize, dan Ask yang akan
Dari pemaparan di
atas, saya telah melakukan praktik baik bersama rekan sejawat di sekolah, di
ruang kolaborasi, dan mencoaching murid yang didapati ada masalah., melakukan
aksi nyata 2.3. Sehingga saya yakin,
jika terus berlatih, tentunya lebih menguasai proses coaching dengan
tahapan-tahapan yang alur TIRTA
2. Apa
hal yang belum Anda kuasai setelah pembelajaran hari ini? Apa yang akan Anda
lakukan untuk mengatasi hal tersebut?
Menempatkan rekan sejawat dan murid sebagai Mitra
Belajar. Namun , jika kurangnya Latihan , terkadang ada keinginan untuk
memberikan solusi kepada coachee yang seharusnya tidak dilakukan dalam proses
coaching. Ada kalanya ketidakmampuan dalam menggali potensi , yang berakibat
monoton pertanyaan yang diajukan oleh coach kepada coachee. Hal ini dapat menjadi tantangan untuk
sering berlatih dan membuka pikiran coach agar tidak keliru dalam memberikan
arahan atau terjebak dalam memberikan solusi. Selain memperdalam belajar
coaching, juga Latihan dengan rekan sejawat atau murid.
3. Apa
hal yang masih membingungkan Anda dari pembelajaran hari ini? Ceritakan hal-hal
apa saja yang membuat hal tersebut membingungkan
Hal yang masih membingungkan seperti memutar arah dari
tujuan dari yang bersifat konseling menjadi coaching. Untuk menggali pertanyaan
berbobot terkadang masih bingung, jika terjebak dalam situasi konseling atau
mentoring. Atau pun ikut memberikan solusi. Namun ,saya yakin jika sering
dilatih dan selalu mencari sumber yang relevan, maka kemampuan coaching dengan
alur TIRTA dan berbagai paradigma
Salam Guru Penggerak
Tergerak Bergerak dan Menggerakkan
Komentar
Posting Komentar