BUDAYA POSITIF

“ARTIKEL Aksi Nyata Modul 1.4”

BUDAYA POSITIF

Oleh: Himmatul Jamilah, S.Pd., M.Pd

CGP Angkatan 9 Kota Tangerang Selatan


   

Pada pembelajaran modul 1.4, saya mendapatkan banyak pengalaman yang sangat mengesankan dan menguras emosi yaitu keterharuan, akibat support dari kepala sekolah serta rekan-rekan guru dalam terlaksananya pengimbasan modul Budaya Positif di sekolah. Kegiatan pengimbasan ini merupakan serangkaian tugas pada Pendidikan Guru Penggerak yang mesti dilakukan dalam pemahaman terhadap materi Budaya Positif di sekolah. Di ruang ini para pendidik di SDN Serua 04 saling berkolaborasi dan berbagi ilmu serta informasi demi kebaikan sekolah kita. Pada hari Rabu, 25 Oktober 2023 kami melaksanakannya dengan durasi kurang lebih satu jam untuk memahami materi Diseminasi Budaya Positif dengan dihadiri sekitar 16 guru berikut kepala sekolah. Sebelumnya saya telah memberikan pemahaman kepada para siswa di kelas dengan konsep dan pembentukan keyakinan kelas. Semoga dengan adanya seminar pendek pengimbasan  ini terhadap rekan guru, dapat berdampak baik dalam budaya positif di sekolah. 

Pada kegiatan Diseminasi Budaya Positif berikut adalah susunan acaranya :

1.      Pembukaan oleh ibu Sri Handayani, S.Pd

2.      Pemaparan materi oleh CGP ibu Himmatul Jamilah, S.Pd., M.Pd

-          Ice breaking

-          Pemaparan materi

-          Tanya jawab

3.      Sambutan sekaligus umpan balik dari Kepala Sekolah bapak Hartana, S.Pd

4.      Penutup

 

Adapun isi Diseminasi Budaya Positif antara lain :

1.      Perubahan pembelajaran Paradigma baru

2.      Miskonsepsi teori kontrol

3.      Disipin positif dan nilai kebajikan universal

4.      Kebutuhan dasar manusia

5.      Teori motivasi, hukuman, penghargaan, dan restitusi

6.      Keyakinan kelas

7.      Posisi control guru

8.      Segitiga restitusi

 

Kupas singkat dari pemaparan materi sebagai berikut:


1.  Penjelasan paradigma yaitu suatu keyakinan yang mendasari dalam melakukan kegiatan . atau sedangkan jika dikaitkan dengan paradigma baru atau Kurikulum Merdeka merupakan pembelajaran yang berorientasi pada penguatan kompetensi dan pengembangan karakter yang sesuai dengan Dimensi Profil Pelajar Pancasila. Seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa Pendidikan hendaknya menuntun segala kodrat yang ada pada anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.

 

2.  Meluruskan mengenai miskonsepsi control terhadap murid. Pada dasarnya kita tidak dapat mengontrol murid jika mereka memilih tidak melakukannya. Orang dewasa selalu menghendaki bertanggung jawab terhadap murid-murid. Dengan menggunakan kritik dan rasa bersalah untuk menuju identitas gagal. Dalam hal ini kesadaran murid tidak berlaku jangka Panjang, malah menimbulkan label negative yang terbentuk dan membekas hingga dewasa. Untuk mendapatkan kemajuan, perlahan-lahan kita mesti mengubah perilaku dan paradigm cara berpikir dan memahami realitas atau stimulus respon dengan pendekatan teori control , seperti yang dikemukakan oleh Dr. William Glasser

 

3.    Disiplin positif merupakan salah satu cara penerapan disiplin yang bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran serta memberdayakan murid tanpa imbalan penghargaan (reward), ancaman atau hukuman. Sebagai pendidik tujuan kita adalah menciptakan murid yang berdisiplin diri dengan perilaku mengacu pada nilai-nilai kebajikan universal dan memiliki motivasi intrinsik.

 

4.      Kebutuhan dasar manusia adalah  segala sesuatu yang kita lakukan  untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Seluruh tindakan yang dilakukan memiliki tujuan tertentu, dan semua usaha terbaik yang dilakukan adalah dalam rangka agar kebutuhan dasar kita terpenuhi. Setiap manusia memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Abraham Maslow, bahwa kebutuhan itu merupakan landasan manusia berperilaku. Demikian pula dengan murid, mungkin mereka melakukan kesalahan karena ingin mendapatkan perhatian dari guru. Ditegur dan dinasehati, serta mendapatkan kasih sayang dari gurunya. Maka sudah sewajarnya, jika guru melakukan pendekatan teori kontrolnya terhadap mereka.

 

5.  Motivasi manusia tingkat terendah yaitu menghindari hukuman atau ketidaknyamanan. Murid melakukan kegiatan  karena kesadaran dari eksternal atau menghindari sesuatu yang tidak diinginkan. Setingkat lebih tinggi adalah karena faktor penghargaan atau reward yang diberikan. Pada tahap selanjutnya adalah keyakinan dan menghargai diri sendiri terhadap nilai-nilai yang dipercayainya. Sehingga terlahir motivasi intrinsik bukan ekstrinsik.

 

Dalam menegakkan peraturan di kelas jika ada yang melanggar maka harus ditinjau ulang terhadap aturan yang telah dibuat. Tindakan terhadap suatu pelanggaran biasanya hukuman atau konsekuensi. Restitusi adalah proses menciptakan suatu kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahannya sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat. Hal ini dikemukakan oleh Diana Gossen. Jika kita melihat perbedaan dari ketiganya bahwa hukuman lebih bersifat satu arah, dan dibuat oleh guru untuk muridnya agar mereka mematuhi aturan yang telah ditetapkan. Sedangkan disiplin menghasilkan konsekuensi yang telah disepakati oleh guru dan murid. Hasilnya tetap ketidaknyamanan murid dalam jangka waktu pendek. Restitusi adalah suatu pendekatan untuk menciptakan disiplin positif. Merupakan bentuk kolaborasi yang mengajarkan murid untuk menemukan solusi terhadap apa yang mereka lakukan, dan dapat memperlakukan orang lain seperti apa. Diharapkan dari restitusi menimbulkan nilai-nilai kebajikan yang menghadirkan disiplin positif.

 

6.   Keyakinan kelas merupakan suatu metode untuk menimbulkan disiplin positif yang didasari oleh motivasi diri sendiri. Murid diberikan pemahaman konsep keyakinan kelas yang  akan menggerakkan perilaku yang benar sehingga membawa dampak baik kehidupannya kelak. Nilai-nilai kebajikan universal  hasil penerapan keyakinan kelas yang telah diyakini akan membuat seseorang lebih bersemangat dan tergerak daripada mengikuti serangkaian peraturan yang berujung pada ketidaknyamanan.

 

7.    Diana Gossen mengatakan bahwa guru harus meninjau ulang kembali penerapan disiplin di ruang kelasnya. Apakah telah efektif, memerdekakan, dan memandirikan murid? Tujuan akhir dari lima posisi control guru adalah pencapaian posisi manager. Pada posisi inilah murid akan lebih mandiri, merdeka, dan bertanggung jawab atas segala perilaku dan sikapnya.

 

8.  Segitiga restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004 dalam LMS Guru Penggerak Modul 1.4 Budaya Positif 2023). Kita harus membantu murid agar menemukan nilai-nilai kebajikan universal yang berdampak pada motivasi instrinsik. Dengan segitiga restitusi diharapkan murid menjadi pribadi yang  jujur, bertanggung jawab, dan menghindari ketidaknyamanan serta mengevaluasi dampak dari kesalahannya.


                   


Demikian sekilas pemaparan dari pengimbasan Budaya Positif bersama rekan-rekan guru di sekolah. Besar harapan agar rekan guru dapat mengimplementasikan di ruang kelas dan menjadikan budaya positif sebagai perilaku baik yang dapat terwujud di sekolah.

 

Salam literasi

Salam guru penggerak

Tergerak bergerak dan menggerakkan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Koneksi Antar Materi – Coaching dan Supervisi Akademik Modul 2.3

“Membaca, lalu Menulislah. “

“HARUSKAH ADA TARHIB RAMADHAN?”